MODIFIKASI AVANZA BATIK
Dari bodi luar mobil Toyota Avanza VVT-i keluaran 2006 warna hitam sudah terlihat lain. Pada bagian bodi samping kanan kirinya dipenuhi cutting stiker warna putih berupa gambar sulur-sulur dan tokoh pewayangan Arjuno.
Unsur pewayangan ini makin kental dengan tambahan tulisan ‘Arjuno’ dan ‘Janaka’ dalam huruf Jawa di sisi gambar Arjuno.
Menurut Hanggara, konsep awal untuk mengubah mobil tersebut berawal dari kecintaanya pada budaya Indonesia yakni batik. “Kenangan saya saat masih kecil semuanya saya tuangkan dalam mobil ini,” tutur pria yang berprofesi sebagai dokter ini.
Inspirasi lain yang membuat Hanggara nekat melakukan perubahan pada tunggangannya sehari-hari itu karena ia sangat terkesan dan terkenang pada rumah sang nenek. “Saya ingin sekali nostalgia pada rumah nenek di Yogyakarta,” ujarnya.
Termasuk juga aksesoris di bagian bagasi mobil semuanya ditutup kain batik parang. Untuk menambah kental nuansa Jawa, ia memasang gunung pewayangan dan tokoh pewayangan seperti Pandawa Lima, Arjuna di sudut-sudut mobil.
Hanggara menyebutkan semua material ini dipesan langsung dari perajin. Seperti batik langsung dari perajin, lukisan ukiran di atas kulit kambing dipesan dari pengrajin.
Sebuah mobil MPV warna hitam berkaca bening terlihat parkir tepat di depan gapura Festival Batik di Atrium Grand City. Beberapa pengunjung mal yang kebetulan lewat di depannya selalu melirik mobil itu. Sebagaian lagi mendekat dan ingin tahu lebih dalam mobil tersebut. “Wuih..keren, keren,” celetuk seorang pria usai melihat dari dekat.
Dari bodi luar mobil Toyota Avanza VVT-i keluaran 2006 warna hitam sudah terlihat lain. Pada bagian bodi samping kanan kirinya dipenuhi cutting stiker warna putih berupa gambar sulur-sulur dan tokoh pewayangan Arjuno.
Unsur pewayangan ini makin kental dengan tambahan tulisan ‘Arjuno’ dan ‘Janaka’ dalam huruf Jawa di sisi gambar Arjuno.
Stiker warna putih menyala ini begitu kontras dengan warna mobil. Pantas saja cukup banyak menarik perhatian pengunjung.
Ketika melihat lebih dekat ternyata sulur-sulur wayang itu bukan saja ada di bagian luar, tapi di dalam mobil dan interiornya full motif wayang dan batik. Tak heran bila mobil ‘sejuta umat’ Toyota Avanza ini memikat dan terlihat etnik.
Ketika melihat lebih dekat ternyata sulur-sulur wayang itu bukan saja ada di bagian luar, tapi di dalam mobil dan interiornya full motif wayang dan batik. Tak heran bila mobil ‘sejuta umat’ Toyota Avanza ini memikat dan terlihat etnik.
“Konsepnya memang batik, aku cinta Indonesia,” kata Hanggara Rachmabrata, si empunya Avanza Batik nopol L 1481 JL ini.
Menurut Hanggara, konsep awal untuk mengubah mobil tersebut berawal dari kecintaanya pada budaya Indonesia yakni batik. “Kenangan saya saat masih kecil semuanya saya tuangkan dalam mobil ini,” tutur pria yang berprofesi sebagai dokter ini.
Ditambahkan, kenangan itu memiliki kekuatan tak terlihat yang membuat dan menggiringnya melakukan hal kreatif. “Akhirnya saya memodifikasi Avanza ini dengan budaya dan seni khas Indonesia, batik dan wayang,” bebernya.
Inspirasi lain yang membuat Hanggara nekat melakukan perubahan pada tunggangannya sehari-hari itu karena ia sangat terkesan dan terkenang pada rumah sang nenek. “Saya ingin sekali nostalgia pada rumah nenek di Yogyakarta,” ujarnya.
Di rumah nenek dulu, kata Hanggara, ada kain batik motif parang yang sangat bagus. “Nah yang utama inilah kain batik parang yang saya beber habis di bagian interior,” lanjutnya.
Terbukti motif parang itu kini menutup hampir seluruh bagian mobil. Mulai dari penutup jok, interior samping hingga dashboard depan ada unsur kain batik parang.
Termasuk juga aksesoris di bagian bagasi mobil semuanya ditutup kain batik parang. Untuk menambah kental nuansa Jawa, ia memasang gunung pewayangan dan tokoh pewayangan seperti Pandawa Lima, Arjuna di sudut-sudut mobil.
Lukisan Pandawa Lima yang terbuat dari kulit pun menempel di sandaran jok belakang serta lukisan kulit bergambar Arjuna di jok depan. Sementara gunungan wayang tertempel rapi di dinding samping mobil.
Hanggara menyebutkan semua material ini dipesan langsung dari perajin. Seperti batik langsung dari perajin, lukisan ukiran di atas kulit kambing dipesan dari pengrajin.
Sedang untuk kain batik parang, ia berburu khusus di Malioboro Yogyakarta. Awalnya, kata Hanggara, cukup sulit mencari kain batik sesuai tema yang diinginkan. Tapi setelah blusukan di Malioboro ia dapatkan juga yang dicarinya.
“Saya beli 25 meter plus 2 meter untuk baju,” pungkasnya.
FOTO-FOTO: SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ, NASKAH: WIWI
FOTO-FOTO: SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ, NASKAH: WIWI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar