Perakitan mobil di PT Astra Daihatsu Motor. TEMPO/Imam Sukamto
Produsen Mobil Kewalahan Melayani Inden
INDEN MOBIL BARU - Produsen kendaraan bermotor beralasan lambannya pengiriman pesanan (inden) disebabkan tingginya permintaan konsumen. Wakil Ketua Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia, Jongkie Sugiarto, mengatakan produsen otomotif tidak mampu memenuhi permintaan konsumen lantaran kapasitas produksi terbatas."Mau tidak mau, ada waktu inden yang cukup lama untuk jenis mobil tertentu," kata dia kepada Tempo, Senin, 1 Oktober 2012.
Hal ini, kata Jongkie, menjadi tantangan bagi produsen otomotif di masa mendatang. Perusahaan kendaraan bermotor dituntut menyelesaikan masalah keterlambatan produksi dengan metode yang tepat seperti menambah jam kerja karyawan atau memperluas pabrik. "Tapi, harus dipikirkan secara matang, jangan sampai perluasan pabrik kemudian tak diimbangi permintaan," ujarnya.
Selain masalah produksi, Jongkie menuding adanya hambatan birokrasi. Waktu pengurusan surat identitas dan berkas kepemilikan kendaraan yang relatif lama juga menjadi penyebab molornya pengiriman inden. "Karena pengurusan itu melibatkan banyak instansi," katanya.
Lembaga survei J.D. Power merilis tingkat kepuasan konsumen kendaraan bermotor di Indonesia. Hasil survei itu menunjukkan pertumbuhan tingkat kepuasan relatif rendah, hanya 1 poin dari 772 pada 2011 menjadi 773 pada 2012. Hal ini dipicu kekecewaan konsumen lantaran pengiriman mobil inden yang cukup lama.
Studi yang dilakukan J.D. Power juga menunjukkan, sepanjang 2012 waktu pengiriman kendaraan baru mencapai 11 hari, lebih lama dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 9 hari. Selain itu, pengelola agen hanya melayani pelanggan selama 31 menit, turun 6 menit jika dibandingkan 2011.
Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor, Joko Trisanyoto, mengatakan terbatasnya kapasitas produksi menyebabkan setiap produsen otomotif menerapkan sistem inden. Toyota Astra, kata dia, sudah mengajukan permintaan tambahan produksi pada prinsipal untuk memenuhi permintaan konsumen. Namun, sebelum hal ini dipenuhi, karakter konsumen di Indonesia keburu berubah.
"Dulu konsumen mau menunggu lima bulan. Tapi, sekarang baru sebulan sudah mengeluh," katanya