JAKARTA (DP) – Sepanjang 2012 industri otomotif benar-benar
menikmati surga pasar Indonesia, termasuk Joko Widodo yang menggunakan
Esemka sebagai kendaraan untuk memuluskannya menjadi Gubernur DKI
Jakarta. Hingga tutup tahun , total penjualan kendaraan bermotor (roda-4
atau lebih, dan roda-2) baru dipercaya melebihi 8 juta unit.
Tahun ini untuk pertama kalinya total penjualan kendaraan roda-4
(mobil) atau lebih tembus 1 juta unit. Sementara total penjualan
kendaraan roda-2 (sepeda motor)
melampaui 7 juta unit. Perlu diketahui angka-angka tersebut merupakan
penjualan anggota-anggota Gaikindo (Gabungan Industri Otomotif
Indonesia) dan AISI (Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia), dan
tidak termasuk penjualan kendaraan dari para Importir Umum (IU).
Besarnya populasi, sehatnya perekonomian nasional, murahnya harga
bahan-bakar minyak (BBM) dan lain-lain berkorelasi positif terhadap
penjualan kendaraan bermotor. Di sisi lain semakin menguatnya masyarakat
kelas menengah (middle class) di Indonesia memicu pembelanjaan
kendaraan bermotor, pula.
Pusat perhatian dan pembicaraan banyak orang dan media pada 2012 adalah proyek LCGC (Low Cost & Green Car)
atau Mobil Murah & Ramah Lingkungan, yang regulasinya belum
dikeluarkan oleh Pemerintah. Mobil-mobil yang masuk dalam kategori LCGC
dipercaya akan dilepas dengan harga murah (di bawah Rp 100 juta).
Setiap mobil LCGC harus dirakit/diproduksi di Indonesia, menggunakan
lebih dari 80% komponen lokal, konsumsi BBM-nya 22 km/liter. Mobil-mobil
tersebut akan mendapat insentif dari Pemerintah sehingga harganya akan
lebih terjangkau (murah). Proyek ini meniru apa yang telah diterapkan
oleh Thailand sejak beberapa tahun lalu.
Sejumlah perusahaan otomotif dari Jepang dan non-Jepang tertarik
untuk memproduksi dan menjual mobil LCGC di Indonesia. Nissan, misalnya,
akan menghidupkan kembali Datsun di Indonesia dan beberapa negara yang
sedang tumbuh lainnya seperti India. CEO Nissan Carlos Ghosn sendiri
yang secara khusus langsung mengumumkannya di Jakarta, Maret 2012.
Penjualannya akan dimulai pada 2014.
Toyota, Daihatsu, dan PT Astra International, bahkan telah
mengumumkan dua mobil, Toyota Agya dan Daihatsu Ayla, di Indonesian
International Motor Show 2012. Kedua mobil hasil kolaborasi mereka akan
dipasarkan pada 2013. Saat ini ketiga institusi berharap regulasi LCGC
dikeluarkan oleh Pemerintah secepatnya sehingga Ayla dan Agya akan
mendapat insentif.
Tahun ini pasar otomotif dihiasi pula dengan hadirnya Tata Motors
Indonesia yang membawa mobil mikro dan murah Tata Nano, dan jajaran
kendaraan komersial. Tata menawarkan mobil-mobil dengan energi
alternatif, CNG, yang ramah lingkungan. Tahun depan Tata akan memulai
penjualan produk-produknya.
Kita dikejutkan pula dengan penunjukkan PT Grandauto Dinamika oleh
Jaguar Land Rover sebagai importir resmi Land Rover menggantikan PT Java
Motors. Secara efektif penggantian ini mulai berlaku pada awal 2013. PT
Java Motor sendiri telah menjadi importir resmi LR sejak
5 dekade silam.
Dari industri sepeda motor, para produsen telah memperkenalkan
produk-produk bermesin injeksi yang lebih hemat BBM dan ramah
lingkungan. Sementara persaingan antara Honda dan Yamaha masih kental,
setidaknya itu terlihat dari peluncuran Honda CB150R StreetFire dan New
Yamaha V-ixion. Kenaikan Uang Muka kredit sepeda motor pun sempat
mengganggu penjualan.
Beberapa merek sepeda motor besar seperti KTM, Victory, meneguhkan
eksistensi mereka via Jakarta Motorcycle Show 2012. Penjualan sepeda
motor Indonesia akan terus berkembang di tahun-tahun mendatang, meski
proyek LCGC diyakini akan ‘menyulap’ pesepeda motor menjadi pemobil.
Pada tahun depan akan ada beberapa sepeda motor sport yang lebih
terjangkau harganya.
Majunya industri otomotif tidak selalu berdampak positif. Polusi,
pemborosan dan subsidi BBM, kemacetan, limbah, adalah sisi negatif dari
industri otomotif.
Setiap mobil LCGC, contohnya, memang hanya mengonsumsi BBM sebanyak
22 km/liter, namun dengan harga yang lebih terjangkau dan menguatnya
masyarakat kelas menengah, Anda bisa bayangkan populasinya akan meledak.
Dengan begitu akan memperparah kemacetan dan kesemrawutan di jalan raya
dan jebolnya kantong Pemerintah karena untuk menyubsidi BBM. Dan
pastinya polusi pun bertambah.
Pemerintah mempunyai banyak Pekerjaan Rumah (PR) seperti menyediakan
sistem transportasi massal, infrastruktur, yang lebih baik di masa
depan. Ide pelarangan penjualan BBM bersubsidi (Premium dan Solar) di
Jakarta, yang dicetuskan Basuki T Purnama, Wagub DKI Jakarta, ada
baiknya, namun harus distudi komprehensif lebih dahulu.
Pelarangan mobil-mobil pejabat meminum BBM bersubsidi dimulai pada
tahun ini. Menurut saya, ini tidak berdampak besar. Seharusnya
mobil-mobil pribadi yang berjumlah jauh lebih banyak tidak mengonsumsi
BBM bersubsidi.
Kenaikan harga BBM bersubsidi secara berkala sepertinya tidak bisa
kita hindari pada tahun depan. Beberapa petinggi Agen Pemegang Merek
(APM) mobil menyatakan persetujuannya untuk itu. Diprediksi dampaknya
terhadap penjualan hanya akan terjadi sekitar 3-4 bulan dan tidak
berlarut-larut.
Oiya, satu lagi, mobil listrik. ‘Nafsu’ Dahlan Iskan, Menteri BUMN,
terhadap mobil listrik patut diberi penghargaan. Namun, secara pribadi
saya melihat ada agenda pribadi di balik ini, mungkin saja saya salah.
Seharusnya, Kementerian Perindustrian, BPPT, atau Kementerian KLH-lah
yang lebih ‘berhak’ mendalami dan melahirkan mobil listrik.
Sejauh pengetahuan saya, dalam mengembangkan satu mobil dibutuhkan
banyak riset hingga masuk jalur produksi. Sejumlah pengujian seperti uji
benturan wajib dilakukan oleh setiap produsen sebelum dipasarkan ke
publik – itu pun masih banyak mobil meraih hasil mengecewakan setelah
diuji oleh lembaga independen seperti EuroNCAP, JNCAP. Entahlah, apakah
sejumlah riset dan pengujian telah dilakukan oleh Esemka dan produsen
mobil listrik kesayangan Dahlan.
Mungkin Dahlan Iskan akan membentuk sebuah BUMN khusus menangani
otomotif seperti Proton – yang sekarang tidak lagi dimiliki Pemerintah
karena tidak kuat menghadapi persaingan global. Saya melihat tidak
adanya koordinasi di antara instansi-instansi Pemerintah, dengan bahasa
lain masing-masing memiliki kepentingan.
Terlepas dari itu semua, kita harus mendukung industri otomotif yang
dimotori oleh bangsa Indonesia selama semua rangkaian riset dan
pengujian ilmiah dan profesional dilakukan sebelum dipasarkan. Bukan
yang dilahirkan karena kepentingan politik pribadi atau segelintir
golongan, atau gengsi belaka.
Semoga di tahun-tahun mendatang Indonesia semakin baik. Selamat tahun baru 2013