DESAIN MOBIL AYLA DAN AGYA ORANG SURABAYA
Mark adalah alumnus Institut Teknologi Surabaya. Selepas kuliah, dia langsung bergabung Daihatsu. Dia pernah menimba ilmu di Jepang selama dua tahun. Kini Agya dan Ayla berkapasitas 1.000 cc rancangannya itu telah laris dipesan orang.
Berikut penuturannya kepada merdeka.com di sela-sela pameran IIMS 2012, Kamis (27/9) mengenai wacana desain mobil, tren modifikasi di Indonesia, dan harapannya soal mobil nasional.
Bagaimana awalnya Anda bisa menggeluti dunia desain mobil?
Saya sudah menggambar mobil sejak kelas 5 SD, setiap pelajaran seni rupa saat diminta gambar manusia, saya malah menggambar mobil dengan orang pakai helm di dalamnya. (Kecintaan pada mobil) itu barangkali gen ya, almarhum ayah saya (Peter Wijaya-red) pemilik Karoseri Mitra di Surabaya, jadi sejak kecil memang sudah terbiasa sama mobil.
Anda mendalami ilmu desain mobil secara akademis?
Di ITS saya kuliah di jurusan desain produk teknologi. Tapi saya belajar desain lebih karena passion. Cara belajarnya ya sederhana saja, Lihat-lihat mobil di jalan, bisa juga dari internet. Desain favorit saya adalah mobil-mobil buatan Eropa. Saya belajar banyak dari mereka.
Apa prinsip desain mobil yang ideal bagi Anda?
Desain mobil itu seharusnya simpel. Di dunia desain, yang sederhana itu untuk mewujudkannya sama sekali nggak simpel. Mobil desain simpel itu kesannya nggak murahan. Itu sebabnya misalnya spare part ataupun body kit produk Audi, itu didesain nggak bisa sembarangan diganti. Supaya nggak terlihat murahan.
Prinsip itu Anda terapkan pada Ayla dan Agya?
Ayla itu terlihat mewah padahal statusnya mobil murah hanya dengan pengubahan sederhana. Mobil murah biasanya datar, kita ubah kabinnya lebih lega, bodi terlihat panjang, dan rangka depan kuat. Jangan lupa orang Indonesia tidak suka desain mobil kaku, yang kotak-kotak.
Bagaimana Anda melihat tren modifikasi mobil di Indonesia?
Desain dan modifikasi itu dua hal yang berbeda. Di Indonesia modifikasi itu kayak fashion, padahal modifikasi itu seharusnya teknis, misalnya mobil ini getar di jalanan tertentu, gimana caranya nggak bergetar lagi, cuma saya akui memang orang Indonesia kreatif.
Kreatif seperti apa misalnya?
Orang Indonesia itu seleranya tinggi, ingin mobil terlihat mewah tapi tidak punya biaya. Makanya modifikasi ramai di sini. Termasuk soal mengakali kapasitas penumpang. Karena itu juga produsen juga mengikuti kreativitas konsumen di sini, ada (Kijang) Innova, (Daihatsu) Luxio yang bisa mengangkut tujuh penumpang itu kan respon kemauan orang Indonesia.
Ada tips modifikasi supaya mobil kita terlihat lebih menarik?
Mobil itu bisa terlihat lebih mahal hanya dengan mengganti velg yang besar, lampu depan juga bisa diganti supaya terlihat lebih relaks, lantas untuk dashborad jangan diganti variasi yang padanan warnanya kontras, desain warna monokrom (hitam-putih) itu jangan ditabrakin hijau misalnya.
Seberapa besar peluang orang Indonesia terjun ke dunia desain mobil?
Peluangnya besar sekali. Orang Indonesia seleranya, seperti saya bilang sebelumnya, sangat tinggi. Cuma infrastruktur untuk mewadahi talenta (desainer) yang belum ada, saya sulit menilai apa saja ya karena faktornya banyak.
Mobil favorit Anda apa sih?
Mobil paling indah bagi saya itu Rolls Royce Phantom. Waktu awal lihat di foto tidak tertarik, tapi setelah melihat sendiri wujudnya, saya akui mobil itu sempurna.
Apa harapan Anda yang belum terwujud?
Bagi saya Indonesia butuh mobil nasional, itu masalah kebanggaan ya, saya juga memiliki hasrat untuk mewujudkan itu. Sampai kapan kita seperti ini, tergantung sama asing. (Mobnas) ini kerja bersama, tidak bisa mengandalkan satu orang.
Pemerintah sedang merancang konsep mobnas di bawah 1.000 CC, menurut Anda?
Masih belum jelas ya seperti apa maunya, itu saja menurut saya.
Apakah ada proyek lanjutan setelah Agya dan Ayla?
Sementara ini belum ada, tapi saya bangga bila Agya dan Ayla sukses, mobil itu kebanggaan Indonesia karena gagasannya sejak awal dari kita